A.
Sejarah Batik Tulis Bakaran
Batik Bakaran merupakan salah satu bentuk hasil kebudayaan yang berasal
dari kabupaten Pati. Batik bakaran adalah salah satu hasil kerajinan masyarakat
di Desa Bakaran, baik Bakaran Wetan maupun Bakaran Kulon kecamatan Juwana
Kabupaten Pati. Tetapi yang menjadi sentra dari batik Bakaran adalah wilayah
Bakaran Wetan. Adanya batik Bakaran tidak terlepas dari sejarah asal berdirinya
Desa Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon itu sendiri.
Batik Bakaran pertama kali diperkenalkan oleh Nyi Banoewati pada abad ke
14. Nyi Banoewati bersama dengan tiga saudaranya yaitu Ki Dukut, Ki Truno dan
Ki Dalang Becak. Keempat saudara tersebut merupakan penjaga pusaka kerajaan
Majapahit. Mereka berempat terhimpit oleh desakan kerajaan Demak yang merupakan
kerajaan agama Islam yang menyerang kerajaan Majapahit. Sehingga Nyi Banoewati,
Ki Dukut, Ki Truno dan Ki Dalang Becak melarikan diri menyusuri Pantai Utara
Jawa Timur dan Jawa Barat. Di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Barat Nyi
Banoewati, Ki Dukut, dan Ki Truno berpisah dengan Ki Dalang Becak karena Ki
Dalang Becak menetap di daerah Tuban.
Nyi Banoewati, Ki Dukut dan Ki Truno kemudian melanjutkan perjalanan hingga
ke kawasan rawa- rawa yang penuh pohon druju. Di kawasan rawa- rawa tersebut
Nyi Banoewati dan ke dua saudaranya membuka lahan sebagai tempat persembunyian
mereka. Nyi Banoewati dan Ki Dukut kemudian membabat rawa tersebut, karena Ki
Dukut adalah seorang laki- laki maka dia lebih cepat dan memiliki daerah lebih
luas dari Nyi Banoewati. Tidak terima dengan daerah Ki Dukut yang lebih luas
maka Nyi Banoewati melakukan perjanjian dengan Ki Dukut yaitu melakukan
pembakaran tebu yang bertebaran di kawasan tersebut. Daerah pembakaran tebu
terakhir itulah yang akan menjadi daerah Nyi Banoewati. Akhirnya daerah Nyi Banoewati
lebih luas dari daerah Ki Dukut. Sehingga kawasan Ki Dukut dinamakan Dukutalit
yang merupakan daerah perbatasan sebelah Timur dari Desa Bakaran Wetan.
Dukutalit sendiri berasal dari kata pedukuhan alit atau pedesaan kecil. Dan
Daerah Nyi Banoewati yang lebih luas kemudian sebagian daerahnya diberikan
kepada Ki Truno yang tidak mau membabat alas. Daerah yang diberikan kepada Ki
Truno dinamakan Bakaran Kulon dan daerah Nyi Banoewati dinamakan Bakaran Wetan.
Nyi Banoewati kemudian mendirikan sebuah pemukiman di kawasan Bakaran
Wetan. Untuk menutupi penyamarannya kemudian Nyi Banoewati mengganti namanya
menjadi Nyai Ageng Siti Sabirah. Dia juga mendirikan sebuah masjid tanpa mihrab
yang disebut Sigit. Di pelataran Sigit inilah Nyi Banoewati melakukan aktivitas
membatik. Yang kemudian diajarkan kepada kepada masyarakat di daerah Bakaran.
B.
Motif Batik Tulis Bakaran
Batik Bakaran memiliki motif klasik dan modern. Motif klasik memiliki ciri
khas yaitu berwarna hitam, putih dan cokelat.
1.
Motif
Klasik
Ciri- ciri
motif klasik:
1.
Ragam
hias motif ular, barong, geometris, pagoda.
2.
Setiap
coraknya memiliki arti simbolik
3.
Mempunyai
warna cenderung gelap ( putih, hitam, cokelat kediaman)
Macam- macam motif klasik:
a.
Gandrung
Motif gandrung merupakan salah
satu motif yang dicetakan sendiri oleh Nyi Banoewati. Ketika dia merindukan
kekasihnya yaitu Joko Pakuwon, Joko Pakuwon berhasil menemukan Nyi Banoewati
sehingga menyebabkan kegembiraan dalam diri Nyi Banoewati. Dari kegembiraannya
tersebut tidak sengaja tangannya menuliskan sebuah corak dalam batikannya.
Gandrung sendiri berarti adanya rasa gandrung atau senang serta kerinduan.
b.
Sido
Mukti
Bila diterjemahkan dalam bahasa
Jawa sido berarti jadi atau menjadi dan mukti berarti mulia. Jadi dalam makna
yang terkandung dalam batik sido mukti berarti menjadi mulia. Batik sido mukti
sering digunakan dalam upacara pernikahan di daerah Pati. Di mana kedua
mempelai memakai batik sido mukti dengan harapan kelas pada saat mengarungi
bahtera rumah tangga akan menjadi orang yang mulia dan serba kecukupan.
c.
Magel
Ati
Magel ati dalam bahasa Jawa
berarti menyakitkan hati atau hati merasa kesal. Arti dari motif ini sendiri
adalah adanya cecekan silang merupakan suatu simbol yang salah namun masih
diugemi oleh masyarakat. Sedangkan
terkotak- kotak maksudnya kaum muda dalam berjuang janganlah terkotak-
kotak atau terpecah- pecah karena hasilnya tidak akan baik.
d.
Liris
Liris diciptakan
dari inspirasi hujan. Liris sendiri berasal dari hujan rintik- rintik.
Motif udan liris mengajarkan kepada kita
generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari
rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya
bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.
e.
Manggaran
Manggaran
berasal dari kata manggar yang berarti bunga kelapa dalam bahasa Jawa. Kelapa
yang memiliki banyak kegunaan dan keunikan dalam pertumbuhannya mempunyai makna
supaya dalam kehidupan kita sebagai manusia harus berguna bagi siapa saja.
Selain itu manusia diharapkan dapat menganut tumbuhan kelapa.
f.
Sido Rukun
Dalam bahasa
Jawa sido berarti menjadi dan rukun berarti rukun atau damai. Sehingga dalam
batik motif sido rukun berarti menjadi damai. Makna dari motif ini adalah
supaya kita senantiasa tetap rukun dan damai dalam bermasyarakat.
g.
Padas
Gempal
Padas adalah batu karang
sedangkan gempal adalah gumpalan. Sehingga padas gempal berarti gumpalan batu
karang. Dalam motif padas gempal tergambar bermacam- macam bentuk gumpalan batu
karang hal ini memiliki makna bahwa dalam hidup pastilah terdapat suatu
perbedaan dalam keberagaman tetapi padas gempal yang ada menimbulkan suatu
keindahan tersendiri. Hal ini dengan adanya keberagaman akan menimbulkan
keindahan dalam hidup.
h.
Kedelai Kecer
Dalam motif
kedelai ecer menggambarkan kedelai yang tercecer dari tempatnya. Hal ini
memiliki simbol dari kesejahteraan masyarakat yang akan mendapatkan rezeki yang
melimpah.
i.
Kawung
Dalam motif
kawung memiliki bentuk dasar oval yang hampir menyentuh satu sama lain secara
simetris. Kawung yang berati buah aren sebagai penghasil gula yang menyimbulkan
rasa manis, memiliki filosofi keagungan dan kebijaksanaan yang tinggi. Pohon
yang lurus tanpa cabang menyimbolkan kejujuran dan kedisiplinan.
j.
Gunung- gunungan
Motif gunungan
ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam. Dengan mengambil simbol
sebuah gunung melambangkan sebuah
kebesaran. Gunung yang merupakan bagian makhluk Tuhan yang mempunyai manfaat
besar dalam kehidupan manusia. Gunung menggambarkan keaadaan yang tenang dan
sejuk. Terkadang orang yang sering mengunjungi
gunung tingkat kesadarannya akan menghargai dan memelihara alam lebih
tinggi di banding mereka yang tinggal di gemerlapnya dunia kota. Puncak gunung
adalah tujuan para pendaki. Puncak gunung ini di gambarkan sebuah fokus yang
harus dicapai. Dan setelah mencapainya akan merasa terkagum atas keindahannya.
Hal itu mengingatkan pada kita semua bahwa untuk mencapai ke puncak itu
membutuhkan perjuangan yang hebat dan beberapa pengorbanan, usaha dan tekad
yang kuat. Gunung bisa mengilhami kepada dia yang mengunjunginya. Gunung
berbentuk besar dan menjulang tinggi. Hal itu juga menyiratkan kita sebuah
keinginan luhur. Semua orang pasti menginginkan kehidupannya terus menanjak
seperti gunung. Namun untuk mencapai itu semua memerlukan usaha yang keras dan
sungguh- sungguh.
k.
Bregat Ireng
Bregat
mempunyai arti pohon besar dan ireng artinya keadaan gelap (suasana sedih).
Motif ini khusus dipakai saat lelayu.
l.
Geringsing
Gringsing
adalah motif sisik ikan. Merupakan hiasan sisik-sisik ikan. Pada Gringsing ini motifnya semua berisi atau penuh, tidak
ada bagian kain yang kosong. Simbol dari sebuah keindahan dan ketelitian oleh
masyarakat pantai pesisir.
m.
Blebak
Lung
Blebak (latar putih dengan
pecahan / retakan warna soga). Lung
artinya pohon ubi jalar. Mengandung arti tak putus-putusnya. Harapannya
adalah mendapatkan rizki yang tak putus-putus.
n.
Blebak Urang
Blebak Urang menggambarkan
habitat udang. Masyarakat Juwana yang merupakan masyarakat pantai penghasil
ikan. Disimbolkan urang (udang) karena masyarakat juwana banyak yang menjadi petani tambak yang memelihara
udang, ikan bandeng dsb. Selain itu menunjukkan sebagai sumber penghasilannya
dan sumber penghidupan masyarakat pesisir Juwana.
o.
Blebak Kopik
Kopik dalam
bahasa Jawa berarti kartu. Dalam kartu ada sesuatu yang dirahasikan. Hal ini
berisi bahwa manusia harus mempunyai sebuah siasat/ strategi untuk menjadi yang
terbaik/ yang terdepan.
p. Limaran
Limbaran
berasal dari kata samparan atau samar- samar.
2.
Motif
Modern
Ciri- ciri
motif modern:
a.
Ragam
hias bebas binatang, tumbuhan, rangkaian bunga dll.
b.
Corak
tidak mempunyai arti simbolik tertentu.
c.
Penggunaan
warna bebas seperti biru, merah, ungu dsb.
d.
Motif
tidak memiliki ciri khas daerah asal
Macam- macam motif modern :
a.
Motif Kembang Bintang Pecahan
b. Motif
Kembang Bintang
c.
Motif Bunga Dwi Warna
d. Motif Anggek
e.
Motif Bunga Irengan
f.
Motif Bunga Matahari
g.
Motif Bunga Mawar Berduri
h.
Motif Bunga Mawar
i.
Motif Enda Kembang
j. Motif
Bunga Cinta
j.
Motif Bunga Sutra
k. Motif
Blebak bambu
l.
Motif Bunga Ungker
m. Motif
Bunga Druju
n. Motif Kembang Bakung
o. Motif
Kembang Mlati
o.
Motif Burung Cendrawasih
p. Motif
Burung Sepasang
p.
Motif Burung Merak
q.
Motif Dua Kupu- kupu
r. Motif
Dua Kupu Bunga
s.
Motif Manohara t. Motif Cucak Rowo
Motif Manohara t. Motif Cucak Rowo
t.
Motif Burung Emas u. Motif Hujan Mas
Motif Burung Emas u. Motif Hujan Mas
v.
Motif Kupu Gajah w. Motif Lung Kupu
Motif Kupu Gajah w. Motif Lung Kupu
x.
Motif Mahkota y. Motif Manuk Glatik
Motif Mahkota y. Motif Manuk Glatik
z.
Motif Juwono aa. Motif Sampek Intai
Motif Juwono aa. Motif Sampek Intai
C.
Alat dan Bahan dalam Membuat Batik Tulis Bakaran
a.
Kain
Mori
Merupakan kain
yang digunakan sebagai dasar pembuatan batik.
b.
Canting
Terbuat dari
tembaga yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menampung lilin dan di
ujung belakangnya disambung dengan sebuah bambu kecil yang digunakan sebagai
pegangan sehingga canting dapat digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori.
c.
Gawangan
dan Bandul
Gawangan
terbuat dari bambu atau kayu yang diujung kiri dan kanannya dikasih kaki dari
bahan bambu/kayu juga sehingga membentuk sebuah gawang yang berfungsi untuk
menyampirkan kain mori tatkala mau dilukis dengan canting dan fungsi bandul
disini untuk memberi pemberat supaya kain tidak terbang ketika terkena angin.
d.
Lilin atau Malam
Lilin adalah
malam yang dicairkan yang digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori yang
bertujuan untuk menutup kain mori sesuai motif yang diinginkan agar tidak
terkena pewarna pada saat kain mori diwarnai sehingga kain yang tertutup lilin
akan membentuk motif yang diinginkan pada saat lilin dihilangkan.
e.
Panci
dan Anglo
Panci dan
Anglo merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan lilin yang akan digunakan
untuk membuat pola batik.
f.
Larutan
Pewarna
Larutan
pewarna bisa berasal dari sintetis atau alami yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Pewarna alam merupakan zat warna yang berasal dari alam, baik
dari akar, kulit akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, maupun getah
tumbuhan. Untuk dapat digunakan, zat warna ini harus diolah terlebih dahulu.
Sedangkan pewarna sintesis adalah zat warna buatan.
D.
Proses Pembuatan Batik Tulis Bakaran
1.
Molani
Merupakan
langkah pertama yang dilakukan dengan membuat desain atau motif batik. Dalam
proses miloni dapat dilakukan dengan menggunakan pensil atau menggunakan kertas
yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel dengan kain mori dan caranya
diterawang untuk melakukan proses selanjutnya.
2.
Ngengkreng
Merupakan
melukiskan lilin pertama kali di kain dengan mengikuti motif pada saat molani.
Proses pelukisan dilakukan menggunakan canting yang kainnya disampirkan di atas
gawangan.
3.
Isen-
isen
Merupakan mengisi
motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya. Isen-isen
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu cecek dan sawut. Cecek adalah
titik-titik kecil yang membentuk sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang
diulang-ulang untuk menutup sebuah ornamen yang nantinya akan diwarna sogan
(coklat gosong).
4.
Nembok
Merupakan
proses menutupi bagian- bagian yang akan tetap berwarna putih dengan
menggunakan lilin. Sehingga apabila kain dicelupkan di dalam larutan berwarna,
bagian yang di tembok tidak terkena cairan warna.
5.
Medhel
Merupakan proses
pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan
kain di dalam larutan warna.
6.
Kemudian
kain di angin- anginkan.
7.
Ngerok
Merupakan proses
pengerokan pada ornamen sawut yang nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan
menggunakan pisau atau benda logam yang ujungnya tipis dan agak tajam.
8.
Ngremok
Merupakan mengucek
atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin.
9.
Mbironi
Merupakan
proses penutupan kembali ornamen- ornamen lain yang akan dipertahankan
warnanya.
10. Nyoga
Merupakan
proses pencelupan kain ke cairan warna sogan. Bagian ornamen yang tidak
tertutup pada saat mbironi akan berwarna sogan.
11. Nglorot
Merupakan
proses menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara mencelupkan
kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai lilin
benar-benar bersih tidak menempel pada kain.
12. Kelir
Merupakan
proses pembatikan kembali untuk mempertahankan warna pertama dan kedua. Dalam
proses kelir akan semakin jelas terlihat motif batik yang akan dibuat.
13. Melakukan nglorot kembali untuk mendapatkan hasil batik
di atas kain agar benar- benar bersih dari lilin.
14. Menjemur batik sebelum digunakan.
E.
Bentuk Pelestarian Batik Tulis Bakaran
Beberapa cara yang digunakan baik pemerintah maupun
masyarakat dalam melestarikan batik tulis bakaran antara lain:
1.
Pemerintah
daerah kabupaten Pati mewajibkan pegawai negeri sipil untuk memakai batik tulis
Bakaran selama dua kali selama sepekan.
2.
Pemerintah
kabupaten Pati mengikut sertakan pengrajin ke sejumlah event pameran mulai dari
pameran lokal sampai nasional.
3.
Pemerintah
kabupaten Pati menggagas pembentukan pengorganisasian batik tulis sehingga
membantu pemodalan pengrajin batik tulis Bakaran.
4.
Para
pengrajin banyak yang memiliki showroom- showroom yang memamerkan hasil
kerajinan batik mereka.
5.
Beberapa
pengrajin batik tulis Bakaran sudah mempunyai website sendiri misalnya batik
Tjokro yang mempunyai website www.batik-tjokro.com
6.
Pemerintah
kabupaten Pati terus mengusahakan pematenan batik tulis Bakaran. Karena baru 90
motif dari semua pengrajin yang sudah dipatenkan. Hal ini karena minimnya
kesadaran dari para pengrajin untuk mematenkan hasil karya mereka. Selain itu
dengan mematenkan memerlukan biaya yang cukup mahal sehingga mereka beranggapan
lebih baik uang untuk mematenkan digunakan untuk tambahan modal. Selain itu
proses pematenan memerlukan waktu yang cukup lama.
F.
Pemasaran Batik Tulis Bakaran
Batik tulis Bakaran pemasarannya masih di pasar- pasar lokal meskipun sudah
berada di luar pulau Jawa tetapi belum bisa menembus pasar ekspor. Hal ini
karena minimnya modal yang dimiliki oleh pengrajin. Selain itu batik tulis
Bakaran masih mempertahankan pakem- pakem dalam motif maupun pembuatannya
sehingga motif yang ada banyak yang menganggap masih kuno. Berbeda dengan batik
Pekalongan yang menuruti keinginan pasar dalam motifnya sehingga banyak
konsumen bahkan bisa menembus pasar ekspor.
Batik tulis Bakaran hanya mampu memenuhi permintaan pasar lokal juga karena
minimnya pengrajin batik di desa Bakaran Wetan maupun Kulon. Hal ini disebabkan
karena masyarakat Bakaran lebih senang dengan pekerjaan tambak. Mayoritas
masyarakat Juwana memang memiliki mata pencaharian sebagai petani tambak baik
tambak udang maupun bandeng.
G.
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
H.
BATIK TULIS BAKARAN
A.
Sejarah Batik Tulis Bakaran
Batik Bakaran merupakan salah satu bentuk hasil kebudayaan yang berasal
dari kabupaten Pati. Batik bakaran adalah salah satu hasil kerajinan masyarakat
di Desa Bakaran, baik Bakaran Wetan maupun Bakaran Kulon kecamatan Juwana
Kabupaten Pati. Tetapi yang menjadi sentra dari batik Bakaran adalah wilayah
Bakaran Wetan. Adanya batik Bakaran tidak terlepas dari sejarah asal berdirinya
Desa Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon itu sendiri.
Batik Bakaran pertama kali diperkenalkan oleh Nyi Banoewati pada abad ke
14. Nyi Banoewati bersama dengan tiga saudaranya yaitu Ki Dukut, Ki Truno dan
Ki Dalang Becak. Keempat saudara tersebut merupakan penjaga pusaka kerajaan
Majapahit. Mereka berempat terhimpit oleh desakan kerajaan Demak yang merupakan
kerajaan agama Islam yang menyerang kerajaan Majapahit. Sehingga Nyi Banoewati,
Ki Dukut, Ki Truno dan Ki Dalang Becak melarikan diri menyusuri Pantai Utara
Jawa Timur dan Jawa Barat. Di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Barat Nyi
Banoewati, Ki Dukut, dan Ki Truno berpisah dengan Ki Dalang Becak karena Ki
Dalang Becak menetap di daerah Tuban.
Nyi Banoewati, Ki Dukut dan Ki Truno kemudian melanjutkan perjalanan hingga
ke kawasan rawa- rawa yang penuh pohon druju. Di kawasan rawa- rawa tersebut
Nyi Banoewati dan ke dua saudaranya membuka lahan sebagai tempat persembunyian
mereka. Nyi Banoewati dan Ki Dukut kemudian membabat rawa tersebut, karena Ki
Dukut adalah seorang laki- laki maka dia lebih cepat dan memiliki daerah lebih
luas dari Nyi Banoewati. Tidak terima dengan daerah Ki Dukut yang lebih luas
maka Nyi Banoewati melakukan perjanjian dengan Ki Dukut yaitu melakukan
pembakaran tebu yang bertebaran di kawasan tersebut. Daerah pembakaran tebu
terakhir itulah yang akan menjadi daerah Nyi Banoewati. Akhirnya daerah Nyi Banoewati
lebih luas dari daerah Ki Dukut. Sehingga kawasan Ki Dukut dinamakan Dukutalit
yang merupakan daerah perbatasan sebelah Timur dari Desa Bakaran Wetan.
Dukutalit sendiri berasal dari kata pedukuhan alit atau pedesaan kecil. Dan
Daerah Nyi Banoewati yang lebih luas kemudian sebagian daerahnya diberikan
kepada Ki Truno yang tidak mau membabat alas. Daerah yang diberikan kepada Ki
Truno dinamakan Bakaran Kulon dan daerah Nyi Banoewati dinamakan Bakaran Wetan.
Nyi Banoewati kemudian mendirikan sebuah pemukiman di kawasan Bakaran
Wetan. Untuk menutupi penyamarannya kemudian Nyi Banoewati mengganti namanya
menjadi Nyai Ageng Siti Sabirah. Dia juga mendirikan sebuah masjid tanpa mihrab
yang disebut Sigit. Di pelataran Sigit inilah Nyi Banoewati melakukan aktivitas
membatik. Yang kemudian diajarkan kepada kepada masyarakat di daerah Bakaran.
B.
Motif Batik Tulis Bakaran
Batik Bakaran memiliki motif klasik dan modern. Motif klasik memiliki ciri
khas yaitu berwarna hitam, putih dan cokelat.
1.
Motif
Klasik
Ciri- ciri
motif klasik:
1.
Ragam
hias motif ular, barong, geometris, pagoda.
2.
Setiap
coraknya memiliki arti simbolik
3.
Mempunyai
warna cenderung gelap ( putih, hitam, cokelat kediaman)
Macam- macam motif klasik:
a.
Gandrung
Motif gandrung merupakan salah
satu motif yang dicetakan sendiri oleh Nyi Banoewati. Ketika dia merindukan
kekasihnya yaitu Joko Pakuwon, Joko Pakuwon berhasil menemukan Nyi Banoewati
sehingga menyebabkan kegembiraan dalam diri Nyi Banoewati. Dari kegembiraannya
tersebut tidak sengaja tangannya menuliskan sebuah corak dalam batikannya.
Gandrung sendiri berarti adanya rasa gandrung atau senang serta kerinduan.
b.
Sido
Mukti
Bila diterjemahkan dalam bahasa
Jawa sido berarti jadi atau menjadi dan mukti berarti mulia. Jadi dalam makna
yang terkandung dalam batik sido mukti berarti menjadi mulia. Batik sido mukti
sering digunakan dalam upacara pernikahan di daerah Pati. Di mana kedua
mempelai memakai batik sido mukti dengan harapan kelas pada saat mengarungi
bahtera rumah tangga akan menjadi orang yang mulia dan serba kecukupan.
c.
Magel
Ati
Magel ati dalam bahasa Jawa
berarti menyakitkan hati atau hati merasa kesal. Arti dari motif ini sendiri
adalah adanya cecekan silang merupakan suatu simbol yang salah namun masih
diugemi oleh masyarakat. Sedangkan
terkotak- kotak maksudnya kaum muda dalam berjuang janganlah terkotak-
kotak atau terpecah- pecah karena hasilnya tidak akan baik.
d.
Liris
Liris diciptakan
dari inspirasi hujan. Liris sendiri berasal dari hujan rintik- rintik.
Motif udan liris mengajarkan kepada kita
generasi penerus bangsa untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari
rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala, tetapi justru sebaliknya
bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.
e.
Manggaran
Manggaran
berasal dari kata manggar yang berarti bunga kelapa dalam bahasa Jawa. Kelapa
yang memiliki banyak kegunaan dan keunikan dalam pertumbuhannya mempunyai makna
supaya dalam kehidupan kita sebagai manusia harus berguna bagi siapa saja.
Selain itu manusia diharapkan dapat menganut tumbuhan kelapa.
f.
Sido Rukun
Dalam bahasa
Jawa sido berarti menjadi dan rukun berarti rukun atau damai. Sehingga dalam
batik motif sido rukun berarti menjadi damai. Makna dari motif ini adalah
supaya kita senantiasa tetap rukun dan damai dalam bermasyarakat.
g.
Padas
Gempal
Padas adalah batu karang
sedangkan gempal adalah gumpalan. Sehingga padas gempal berarti gumpalan batu
karang. Dalam motif padas gempal tergambar bermacam- macam bentuk gumpalan batu
karang hal ini memiliki makna bahwa dalam hidup pastilah terdapat suatu
perbedaan dalam keberagaman tetapi padas gempal yang ada menimbulkan suatu
keindahan tersendiri. Hal ini dengan adanya keberagaman akan menimbulkan
keindahan dalam hidup.
h.
Kedelai Kecer
Dalam motif
kedelai ecer menggambarkan kedelai yang tercecer dari tempatnya. Hal ini
memiliki simbol dari kesejahteraan masyarakat yang akan mendapatkan rezeki yang
melimpah.
i.
Kawung
Dalam motif
kawung memiliki bentuk dasar oval yang hampir menyentuh satu sama lain secara
simetris. Kawung yang berati buah aren sebagai penghasil gula yang menyimbulkan
rasa manis, memiliki filosofi keagungan dan kebijaksanaan yang tinggi. Pohon
yang lurus tanpa cabang menyimbolkan kejujuran dan kedisiplinan.
j.
Gunung- gunungan
Motif gunungan
ini mengandung filosofi kehidupan yang dalam. Dengan mengambil simbol
sebuah gunung melambangkan sebuah
kebesaran. Gunung yang merupakan bagian makhluk Tuhan yang mempunyai manfaat
besar dalam kehidupan manusia. Gunung menggambarkan keaadaan yang tenang dan
sejuk. Terkadang orang yang sering mengunjungi
gunung tingkat kesadarannya akan menghargai dan memelihara alam lebih
tinggi di banding mereka yang tinggal di gemerlapnya dunia kota. Puncak gunung
adalah tujuan para pendaki. Puncak gunung ini di gambarkan sebuah fokus yang
harus dicapai. Dan setelah mencapainya akan merasa terkagum atas keindahannya.
Hal itu mengingatkan pada kita semua bahwa untuk mencapai ke puncak itu
membutuhkan perjuangan yang hebat dan beberapa pengorbanan, usaha dan tekad
yang kuat. Gunung bisa mengilhami kepada dia yang mengunjunginya. Gunung
berbentuk besar dan menjulang tinggi. Hal itu juga menyiratkan kita sebuah
keinginan luhur. Semua orang pasti menginginkan kehidupannya terus menanjak
seperti gunung. Namun untuk mencapai itu semua memerlukan usaha yang keras dan
sungguh- sungguh.
k.
Bregat Ireng
Bregat
mempunyai arti pohon besar dan ireng artinya keadaan gelap (suasana sedih).
Motif ini khusus dipakai saat lelayu.
l.
Geringsing
Gringsing
adalah motif sisik ikan. Merupakan hiasan sisik-sisik ikan. Pada Gringsing ini motifnya semua berisi atau penuh, tidak
ada bagian kain yang kosong. Simbol dari sebuah keindahan dan ketelitian oleh
masyarakat pantai pesisir.
m.
Blebak
Lung
Blebak (latar putih dengan
pecahan / retakan warna soga). Lung
artinya pohon ubi jalar. Mengandung arti tak putus-putusnya. Harapannya
adalah mendapatkan rizki yang tak putus-putus.
n.
Blebak Urang
Blebak Urang menggambarkan
habitat udang. Masyarakat Juwana yang merupakan masyarakat pantai penghasil
ikan. Disimbolkan urang (udang) karena masyarakat juwana banyak yang menjadi petani tambak yang memelihara
udang, ikan bandeng dsb. Selain itu menunjukkan sebagai sumber penghasilannya
dan sumber penghidupan masyarakat pesisir Juwana.
o.
Blebak Kopik
Kopik dalam
bahasa Jawa berarti kartu. Dalam kartu ada sesuatu yang dirahasikan. Hal ini
berisi bahwa manusia harus mempunyai sebuah siasat/ strategi untuk menjadi yang
terbaik/ yang terdepan.
p.
Limaran
Limaran
Limbaran
berasal dari kata samparan atau samar- samar.
2.
Motif
Modern
Ciri- ciri
motif modern:
a.
Ragam
hias bebas binatang, tumbuhan, rangkaian bunga dll.
b.
Corak
tidak mempunyai arti simbolik tertentu.
c.
Penggunaan
warna bebas seperti biru, merah, ungu dsb.
d.
Motif
tidak memiliki ciri khas daerah asal
Macam- macam motif modern :
a.
Motif Kembang Bintang Pecahan b. Motif Kembang Bintang
Motif Kembang Bintang Pecahan b. Motif Kembang Bintang
c.
Motif Bunga Dwi Warna d. Motif Anggek
Motif Bunga Dwi Warna d. Motif Anggek
e.
Motif Bunga Irengan
Motif Bunga Irengan
f.
Motif Bunga Matahari
Motif Bunga Matahari
g.
Motif Bunga Mawar Berduri h. Motif Bunga Mawar
Motif Bunga Mawar Berduri h. Motif Bunga Mawar
i.
Motif Enda Kembang j. Motif Bunga Cinta
Motif Enda Kembang j. Motif Bunga Cinta
j.
Motif Bunga Sutra k. Motif Blebak bambu
Motif Bunga Sutra k. Motif Blebak bambu
l.
Motif Bunga Ungker m. Motif Bunga Druju
Motif Bunga Ungker m. Motif Bunga Druju
n.
Motif Kembang Bakung o. Motif Kembang Mlati
Motif Kembang Bakung o. Motif Kembang Mlati
o.
Motif Burung Cendrawasih p. Motif Burung Sepasang
Motif Burung Cendrawasih p. Motif Burung Sepasang
p.
Motif Burung Merak
Motif Burung Merak
q.
Motif Dua Kupu- kupu r. Motif Dua Kupu Bunga
Motif Dua Kupu- kupu r. Motif Dua Kupu Bunga
s.
Motif Manohara t. Motif Cucak Rowo
Motif Manohara t. Motif Cucak Rowo
t.
Motif Burung Emas u. Motif Hujan Mas
Motif Burung Emas u. Motif Hujan Mas
v.
Motif Kupu Gajah w. Motif Lung Kupu
Motif Kupu Gajah w. Motif Lung Kupu
x.
Motif Mahkota y. Motif Manuk Glatik
Motif Mahkota y. Motif Manuk Glatik
z.
Motif Juwono aa. Motif Sampek Intai
Motif Juwono aa. Motif Sampek Intai
C.
Alat dan Bahan dalam Membuat Batik Tulis Bakaran
a.
Kain
Mori
Merupakan kain
yang digunakan sebagai dasar pembuatan batik.
b.
Canting
Terbuat dari
tembaga yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat menampung lilin dan di
ujung belakangnya disambung dengan sebuah bambu kecil yang digunakan sebagai
pegangan sehingga canting dapat digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori.
c.
Gawangan
dan Bandul
Gawangan
terbuat dari bambu atau kayu yang diujung kiri dan kanannya dikasih kaki dari
bahan bambu/kayu juga sehingga membentuk sebuah gawang yang berfungsi untuk
menyampirkan kain mori tatkala mau dilukis dengan canting dan fungsi bandul
disini untuk memberi pemberat supaya kain tidak terbang ketika terkena angin.
d.
Lilin atau Malam
Lilin adalah
malam yang dicairkan yang digunakan untuk melukis pada sebuah kain mori yang
bertujuan untuk menutup kain mori sesuai motif yang diinginkan agar tidak
terkena pewarna pada saat kain mori diwarnai sehingga kain yang tertutup lilin
akan membentuk motif yang diinginkan pada saat lilin dihilangkan.
e.
Panci
dan Anglo
Panci dan
Anglo merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan lilin yang akan digunakan
untuk membuat pola batik.
f.
Larutan
Pewarna
Larutan
pewarna bisa berasal dari sintetis atau alami yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan. Pewarna alam merupakan zat warna yang berasal dari alam, baik
dari akar, kulit akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, maupun getah
tumbuhan. Untuk dapat digunakan, zat warna ini harus diolah terlebih dahulu.
Sedangkan pewarna sintesis adalah zat warna buatan.
D.
Proses Pembuatan Batik Tulis Bakaran
1.
Molani
Merupakan
langkah pertama yang dilakukan dengan membuat desain atau motif batik. Dalam
proses miloni dapat dilakukan dengan menggunakan pensil atau menggunakan kertas
yang sudah ada gambar polanya kemudian ditempel dengan kain mori dan caranya
diterawang untuk melakukan proses selanjutnya.
2.
Ngengkreng
Merupakan
melukiskan lilin pertama kali di kain dengan mengikuti motif pada saat molani.
Proses pelukisan dilakukan menggunakan canting yang kainnya disampirkan di atas
gawangan.
3.
Isen-
isen
Merupakan mengisi
motif atau ornamen-ornamen yang telah dibuat pada proses sebelumnya. Isen-isen
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu cecek dan sawut. Cecek adalah
titik-titik kecil yang membentuk sebuah ornamen dan sawut adalah garis yang
diulang-ulang untuk menutup sebuah ornamen yang nantinya akan diwarna sogan
(coklat gosong).
4.
Nembok
Merupakan
proses menutupi bagian- bagian yang akan tetap berwarna putih dengan
menggunakan lilin. Sehingga apabila kain dicelupkan di dalam larutan berwarna,
bagian yang di tembok tidak terkena cairan warna.
5.
Medhel
Merupakan proses
pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan
kain di dalam larutan warna.
6.
Kemudian
kain di angin- anginkan.
7.
Ngerok
Merupakan proses
pengerokan pada ornamen sawut yang nantinya dilakukan pewarnaan sogan dengan
menggunakan pisau atau benda logam yang ujungnya tipis dan agak tajam.
8.
Ngremok
Merupakan mengucek
atau mencuci bagian yang telah dikerok agar bersih dari lilin.
9.
Mbironi
Merupakan
proses penutupan kembali ornamen- ornamen lain yang akan dipertahankan
warnanya.
10. Nyoga
Merupakan
proses pencelupan kain ke cairan warna sogan. Bagian ornamen yang tidak
tertutup pada saat mbironi akan berwarna sogan.
11. Nglorot
Merupakan
proses menghilangkan lilin (malam) dari kain tersebut dengan cara mencelupkan
kain tersebut berulang kali ke dalam air panas diatas tungku sampai lilin
benar-benar bersih tidak menempel pada kain.
12. Kelir
Merupakan
proses pembatikan kembali untuk mempertahankan warna pertama dan kedua. Dalam
proses kelir akan semakin jelas terlihat motif batik yang akan dibuat.
13. Melakukan nglorot kembali untuk mendapatkan hasil batik
di atas kain agar benar- benar bersih dari lilin.
14. Menjemur batik sebelum digunakan.
E.
Bentuk Pelestarian Batik Tulis Bakaran
Beberapa cara yang digunakan baik pemerintah maupun
masyarakat dalam melestarikan batik tulis bakaran antara lain:
1.
Pemerintah
daerah kabupaten Pati mewajibkan pegawai negeri sipil untuk memakai batik tulis
Bakaran selama dua kali selama sepekan.
2.
Pemerintah
kabupaten Pati mengikut sertakan pengrajin ke sejumlah event pameran mulai dari
pameran lokal sampai nasional.
3.
Pemerintah
kabupaten Pati menggagas pembentukan pengorganisasian batik tulis sehingga
membantu pemodalan pengrajin batik tulis Bakaran.
4.
Para
pengrajin banyak yang memiliki showroom- showroom yang memamerkan hasil
kerajinan batik mereka.
5.
Beberapa
pengrajin batik tulis Bakaran sudah mempunyai website sendiri misalnya batik
Tjokro yang mempunyai website www.batik-tjokro.com
6.
Pemerintah
kabupaten Pati terus mengusahakan pematenan batik tulis Bakaran. Karena baru 90
motif dari semua pengrajin yang sudah dipatenkan. Hal ini karena minimnya
kesadaran dari para pengrajin untuk mematenkan hasil karya mereka. Selain itu
dengan mematenkan memerlukan biaya yang cukup mahal sehingga mereka beranggapan
lebih baik uang untuk mematenkan digunakan untuk tambahan modal. Selain itu
proses pematenan memerlukan waktu yang cukup lama.
F.
Pemasaran Batik Tulis Bakaran
Batik tulis Bakaran pemasarannya masih di pasar- pasar lokal meskipun sudah
berada di luar pulau Jawa tetapi belum bisa menembus pasar ekspor. Hal ini
karena minimnya modal yang dimiliki oleh pengrajin. Selain itu batik tulis
Bakaran masih mempertahankan pakem- pakem dalam motif maupun pembuatannya
sehingga motif yang ada banyak yang menganggap masih kuno. Berbeda dengan batik
Pekalongan yang menuruti keinginan pasar dalam motifnya sehingga banyak
konsumen bahkan bisa menembus pasar ekspor.
Batik tulis Bakaran hanya mampu memenuhi permintaan pasar lokal juga karena
minimnya pengrajin batik di desa Bakaran Wetan maupun Kulon. Hal ini disebabkan
karena masyarakat Bakaran lebih senang dengan pekerjaan tambak. Mayoritas
masyarakat Juwana memang memiliki mata pencaharian sebagai petani tambak baik
tambak udang maupun bandeng.
G.
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
H.
sekitar abad 14-15 M, putra Mpu Santibadra (Tumenggung Wilwatikta) dari Kerajaan Lasem, Pangeran Santidharma (anak ke-8) menjadi Demang di Bakaran, Juwana.
BalasHapus(kitab CSL dan Badrasanti)
artikelnya lengkap sekali gan buat desa Bakaran :)
BalasHapusuntuk desa Bakaran Wetan sekarang sudah memiliki website sendiri
http://www.bakaranwetan.info
Apa makna simboliknya?
BalasHapus