kursor

Cute Rocking Baby Monkey

Senin, 24 April 2017

Penanaman Nilai Karakter Melalui Permainan Tradisional


          Anak-anak usia sekolah dasar tidak dapat dipisahkan dari kata bermain. Menurut Aristoteles, Plato dan Frõbel (dalam Mayke S. Tedjasaputra, 2007: 2) bermain memiliki nilai praktis artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Selain itu terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang kegunaan dari bermain. Menurut teori rekreasi praktis yang diajukan oleh Karl Groos bahwa bermain berfungsi untuk memperkuat instink yang dibutuhkan guna kelangsungan hidup di masa mendatang (Mayke S. Tedjasaputra, 2007: 4). Sedangkan menurut Bruner fungsi bermain sebagai sarana mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas anak. Dari beberapa teori yang disampaikan dari beberapa ilmuwan dapat disimpulkan bahwa bermain memiliki manfaat bagi perkembangan anak.
            Jika kita mengamati sekarang ini banyak sekali mainan yang beredar di toko-toko mainan dan permainan yang dilakukan oleh anak. Tetapi jika kita benar-benar mengamati sungguh sangat disayangkan karena mainan yang beredar di pasaran saat ini adalah mainan produk budaya asing. Misalkan boneka banyak beredar boneka barbie yang berasal dari Amerika. Selain itu banyak beredar mainan dari tokoh animasi kepahlawanan yang berasal dari Jepang.  Banyak anak juga yang gemar bermain terlebih dengan permainan game online. Sekarang  sangat jarang ditemui anak yang bermain permainan dan mainan tradisional.
            Dengan melihat beberapa fenomena di masyarakat sangat disayangkan karena dapat membunuh kebudayaan bangsa sendiri. Indonesia khususnya Jawa terdapat berbagai produk mainan dan permainan bagi anak. Misalkan permianan gobak sodor, jamuran, cublak- cublak suweng, dan masih banyak lagi. Mainan untuk anak misalkan dhakon, mobil-mobilan dari kulit jeruk bali atau tanah liat, pistol-pistolan dari pelepah pisang, dan masih banyak lagi.
            Jika kita amati dari kedua mainan yang beredar yaitu mainan tradisional dan mainan modern terdapat beberapa keunggulan dari permainan tradisional. Pertama dilihat dari harga mainan modern lebih ekonomis. Orang tua harus mengeluarkan uang yang lumayan cukup banyak untuk mendapatkan mainan untuk anaknya. Hal ini sangat dikhawatirkan dengan orang tua yang memiliki penghasilan menengah ke bawah. Bagaimana mungkin mereka dapat membelikan mainan untuk anak mereka dengan penghasilan yang bisa dibilang pas-pasan. Sedangkan jika kita melihat permainan tradisional bisa dikatakan 0 rupiah untuk membelinya. Misalkan mobil-mobilan dari kulit jeruk bali. Jeruk bali merupakan sampah tetapi ketika kita kreatif seperti orang zaman dahulu kulit jeruk bali dapat dimanfaatkan sebagai mainan anak. Pistol-pistolan dari pelepah pisang untuk membuatnya, kita tidak perlu membeli hanya mengambil pelepah pisang kemudian kita bentuk menjadi pistol mainan.
            Dilihat dari kreatifitas bermain tentu permianan tradisional memiliki nilai lebih. Misalkan dalam permainan tradisional mobil-mobilan dari kulit jeruk. Anak dihadapkan dengan kulit jeruk kemudian anak akan berkreasi sendiri untuk membentuk dan menghias kulit jeruk tersebut menjadi mainan mobil-mobilan yang dia sukai. Berbeda dengan mobil-mobilan modern dimana anak hanya bisa memainkan mobil-mobilan tanpa mengubah bentuk tampilan dari mobil-mobilan tersebut.
            Berdasarkan kedua hal tersebut, permainan tradisional memiliki keunggulan daripada permainan modern tetapi sungguh sangat disayangkan karena permainan tradisional sekarang serasa hilang ditelan zaman. Sedikit sekali dijumpai anak yang memainkan permainan tradisional di Jawa. Banyak anak yang lebih suka bermain game online berjam-jam. Bahkan banyak kasus yang terjadi dimana siswa SD yang membolos sekolah hanya untuk bermain game online di warnet. Selain itu beredarnya game online dapat membunuh karakter anak. Dalam game online anak akan bermain sendiri di depan komputer sehingga nilai sosial anak akan hilang. Anak tidak peduli dengan keadaan sosial. Selain itu banyak beredarnya game online  yang mengandung unsur pornografi. Hal ini tentu saja bertentangan dengan kebudayaan bangas Indonesia. Bahkan mirisnya ada unsur seksual dalam permianannya sehingga tidak heran banyak kasus yang muncul terjadinya pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak usia SD. Menurut Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait kekerasan secara fisik dan secara seksual yang dilakukan oleh anak menyebabkan Indonesia berada dalam situasi darurat kekerasan. Sebagai orang tua seharusnya memiliki peranan dalam menentukan dan mengawasi permainan yang dilakukan oleh anak.
            Menurut Dharmamulya permainan tradisional Jawa terdapat 3 kategori dalam memainkannya yaitu dengan nyanyian, adu ketangkasan, dan bermian dengan menggunakan strategi. Permainan dengan menggunakan adu ketangkasan merupakan permianan yang paling banyak digemari terbukti dengan dahulu ketika kita masih kecil kita sering melakukan permainan tersebut contohnya gobak sodor. Permianan tradisional dengan adu ketangkasan dapat dimainkan anak laki-laki maupun perempuan sehingga permainan ini tidak memandang gender.
            Kurikulum di Indonesia selalu mengangkat nilai karakter pada pembelajarannya. Hal ini dilakukan karena di Indonesia banyak sekali pejabat dan  ilmuwan yang tidak memiliki nilai karakter. Misalkan banyak sekali para pejabat yang melakukan korupsi. Bahkan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus korupsi terbanyak di dunia. Sedangkan Jika kita amati banyak nilai karakter dalam permainan dan mainan tradisional kususnya Jawa. Alangkah baiknya permainan yang diberikan kepada anak memiliki nilai karakter karena dengan melihat beberapa teori yang sudah dipaparkan bahwa bermain memiliki manfaat dalam perkembangan anak.
            Sekolah merupakan salah satu sarana menanamkan nilai karakter anak seharusnya ikut berperan dalam perkembangan anak. Untuk memberntuk nilai karakter pada anak salah satunya melalui permainan tradisional. Selain sebagai sarana melestarikan kebudayaan dengan melalui permainan tradisional dapat juga sebagai sarana untuk menumbuhkan nilai karakter siswa.